Yogyakarta pukul dua sore.
Yogyakarta memulai Februari dengan sedikit sendu. Agendaku hari ini adalah mengunjungi Toko buku yang terletak di kampung Minggiran. Letaknya tak terlalu jauh dari tempat tinggalku, perlu waktu kurang lebih 10 menit. Entah mendapat keberanian dari mana aku memilih untuk jalan kaki, menikmati udara sore yang sejuk, dan melepaskan penat dari rutinitas sehari-hari. Di dalam pikiranku, toko buku itu seperti tempat yang tepat untuk menghidupkan kembali minat baca yang sudah lama terabaikan.
Aku menoleh ke kiri dan kanan, mencoba mengenali tanda-tanda jalan yang biasa aku lewati. Namun semuanya tampak serba baru. Google maps di ponselku terus memberi petunjuk, namun rasanya semakin membingungkan, seperti menyuruhku berputar tanpa arah yang jelas. 15 menit kuhabiskan dengan mengitari kampung Minggiran, sudah tiga blok yang aku lewati. Rasa cemas menggelayuti. Sering kali, aku berhenti dan mengecek kembali ponselku, memastikan tidak ada yang salah dengan arah yang diberikan. Namun jalan yang diberikan tak kunjung berakhir. Sepertinya, petunjuk arah di layar itu seperti mengejekku, semakin mengarahkan ku ke jalan yang asing.
Akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti jalan yang berbeda, kali ini mencoba arah yang sering aku lewati ketika acara pawai 17 agustus-an. Dan dalam sekejap, tanpa disadari, aku menemukan diriku kembali ke persimpangan yang lebih familiar. Lima menit kemudian, akhirnya aku tiba juga di depan toko buku kecil yang selama ini aku cari selama ini aku cari. Kebun Buku. tulisan yang aku lihat di pintu masuk.
Toko itu memiliki suasana yang hangat dan asri. Pintu masuknya terbuat dari kayu, dengan desain klasik yang memberi kesan ramah. Rak-rak buku yang tinggi dan penuh terorganisir dengan rapi, berbaris sepanjang ruangan, memadukan estetika vintage dengan nuansa natural. Tanaman hijau diletakkan dengan artistik di sudut-sudut ruangan, memberikan sentuhan hidup dan kesan segar.
Ada juga tanaman menggantung di langit-langit yang memberikan suasana tropis dan alami, menjadikan tempat ini terasa sejuk dan nyaman. Di tengah-tengah ruang, ada sebuah area khusus yang disediakan untuk membaca. Kursi-kursi kayu yang nyaman dan meja- meja kecil tersebar di sekitar area ini, menciptakan ruang yang lebih intim untuk pengunjung yang ingin duduk, membaca, dan menikmati suasana. Di bagian ini, pencahayaan lebih difokuskan dengan lampu meja untuk menambah kenyamanan. Semuanya menjadi kombinasi yang pas untuk bersantai sembari membaca.
Oleh : Kiara Anazwa