Saat ini, pesantren terus beradaptasi dengan dinamika zaman. Terutama dalam menghadapi era digital dan globalisasi. Pendidikan di pesantren sudah mulai memadukan antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum dan keterampilan praktis. Tujuannya agar santri tidak hanya mahir dalam ilmu agama. Tetapi juga siap menghadapi tantangan global, seperti ekonomi digital, teknologi, dan kewirausahaan.
Mungkin orang pikir bahwasannya kehidupan di pesantren itu hanya sekadar mengaji dan sekolah, padahal di pesantren itu kita diajarkan untuk hidup mandiri dan kebersamaan yang di mana kita menemukan berbagai karakter di setiap manusia. Lalu apa aja sih kehidupan yang paling menyenangkan di pesantren? Dan mengapa para orang tua ingin anaknya masuk pesantren?
Di pondok pesantren ada berbagai kegiatan yang orang lain tidak ketahui. Seperti adanya liburan kepesantrenan, jelajah alam, ziarah, dan yang paling dinanti santri selain perpulangan ialah penjengukan atau istilahnya adalah sambangan. Sambangan adalah momen ketika para santri diperbolehkan untuk dijenguk oleh orang tua atau wali santri. Sambangan ini biasanya para wali santri membawakan makanan, kebutuhan bulanan serta barang yang di butuhkan santri itu.
Bagi santri, menerima kiriman dan oleh-oleh dari keluarga adalah suatu kebahagiaan tersendiri. Mereka merasa diingat dan dicintai oleh orang tua yang dengan penuh kasih sayang mengirimkan kiriman tersebut. Hal ini juga menjadi salah satu cara untuk mengobati rindu mereka terhadap keluarga. Ini adalah kebahagiaan tersendiri bagi anak pondok yang tidak dirasakan oleh orang-orang di luar sana.
Tradisi sambangan di pondok pesantren merupakan momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh para santri. Momen ini tidak hanya mempererat silaturahmi antara santri dan keluarga, tetapi juga memiliki makna yang mendalam dalam pembentukan karakter dan nilai-nilai keislaman. Santri mengalami pengalaman yang berharga dalam menerima kiriman dan oleh-oleh dari keluarga, serta belajar tentang nilai-nilai kesederhanaan, rasa syukur, dan keterampilan sosial.
Tradisi sambangan menjadi momen yang tidak hanya mengobati rindu santri terhadap keluarga, tetapi juga memperkuat ikatan antara santri dan keluarga dalam menjalani pendidikan keislaman di pesantren. Terkadang juga ada santri yang ikut disambang oleh wali santri temannya karena beberapa faktor seperti orang tuanya sibuk bekerja, rumah yang jauh sehingga tidak memungkinkan orang tua menjenguk dan beberapa faktor lainnya. Tentu santri terkadang akan mengunjungi destinasi yang mereka dambakan seperti ke swalayan, mall, toko buku dan destinasi lainnya. Hal ini menjadi keseruan mereka tersendiri.
Namun setiap sambangan pasti mempunyai waktu terbatas seperti kelas A sambangan pukul 8.00–16.00 WIB dan sebagainya. Hal ini sudah menjadi peraturan pondok, mengapa adanya pembatasan waktu? Karena agar santri tidak lupa waktu dan terlalu lama di luar sana, terlebih lagi mereka menyandang status santri yang di mana santri itu berada di lingkungan pesantren. Soal persambangan ini pasti dilakukan tidak hanya sekali dua kali pasti dilakukan setiap 40 hari setelah kembali ke asrama ataupun sambangan sebelumnnya.
Meski santri hanya dijenguk satu hari saja namun hal ini pasti akan membuat santri bersemangat dalam menempuh ilmu di pondok pesantren di manapun pondoknya. Di manapun dirimu berada jika statusmu seorang santri maka kamu akan kembali di mana jati dirimu berada.
Esai oleh Hasya Rahmasari